Hadirin yang berbahagia
Izinkanlah saya pada kesempatan kali ini berbicara perihal pentingnya
pendidikan korupsi bagi generasi muda. Dewasa ini tak jarang perilaku
koruptif menjadi hal yang sering ditemukan dalam keseharian salah
satunya dengan maraknya berita-berita nasional yang mengungkapkan
tingginya tindakan korupsi para pejabat pemerintahan. Perilaku koruptif
seakan-akan menjadi penyakit yang mengalir bersama aliran darah
kehidupan bangsa ini. Dari jajaran pemerintahan tingkat atas sampai pada
institusi kemasyarakatan desa, tidakan korupsi menjadi penyakit yang
sulit untuk disembuhkan.
Kehidupan manusia yang penuh persaingan diantaranya dalam bidang ekonomi
baik itu tentang pekerjaan, kepemilikan tanah atau perusahaan laiinnya
sering kali memicu manusia berbuat menyimpang. Tingginya tingkat
persaingan atau beratnya beban kehidupan sering kali menjadi factor
bagaimana manusia berperilaku koruptif atau menyimpang.
Hadirin yang berbahagia
Bukan hal yang mudah untuk mendefinisikan perilaku korupsi, tindakan
buruk ini memilki beragam bentuk dengan berbagai motif. Tindakan buruk
ini melibatkan keegoisan diri untuk memperkaya atau tindakan
menguntungkan diri sendiri dengan merugikan orang lain. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia, korupsi berasal dari kata korup yang artinya
buruk, rusak, busuk, suka memakai barang (uang) yang dpercayakan
padanya, dapat disogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi)
(Pusat Bahasa Depdiknas).
Korupsi pun diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang
Negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Singkatnya istilah korupsi mengacu pada perrbuatan busuk, rusak, kotor,
menggunakan uang atau barang milik orang lain (perusahaan atau negara)
secara menyimpang yang menguntungkan diri sendiri.
Korupsi melibatkan penyalahgunaan kepercayaan yang umumnya melibatkan
kekuasaan public untuk keuntungan pribadi. Korupsi menjadi fenomena yang
menunjukan betapa kejujuran manusia telah tergerus oleh materi/
kebendaan. Saat ini kejujuran menjadi suatu hal yang amat langka
ditemukan dalam kehidupan. Bahkan sering kali orang beranggapan bahwa
mereka yang menjadi jujur dan benar akan menjadi pihak yang kalah dan
tersisih dalam kehidupan. Kebobrokan kehidupan manusia bermuara pada
ketiadaan tempat untuk orang-orang yang benar dan jujur.
Hadirin yang berbahagia
Ada sebuah kisah china berkaitan dengan perilaku korupsi ini, kisah ini
berjudul tikus di kuil. Dikisahkan bahwa bangsawan Huan dari Qi
bertanya kepada Guan Zhong, perdana menterinya: apakah ancaman terbesar
bagi Negara? ‘’ Ancaman itu adalah mereka yang menyerupai tikus-tikus
di kuil,’’ jawab Guan Zhong.’’
Anda tentunya sudah melihat tikus-tikus di dinding kuil, kuil adalah
tempat yang sacral. Tetapi jika dipenuhi dengan tikus, sangat sedikit
yang dapat kita lakukan. Jika kita mencoba mengasapinya agar mereka
keluar, kita malah bisa jadi membakar kuil itu; jika kita menuangkan air
di lubang-lubang di dinding, kita bisa jadi merusak lapisan dan cat
dinding itu.
Orang-orang yang dekat dengan penguasa, kata Guan Zhong adalah seperti
tikus-tikus itu.
Mereka menggunakan pengaruh mereka untuk keuntungan mereka sendiri.
Mereka menerima suap dan berkolusi dengan kelompok-kelompok yang
memiliki kepentingan yang sama untuk merongrorng Negara. Mereka
mendukung orang-orang yang mendengarkan mereka dan mempersulit
orang-orang yang tidak mendengarkan mereka. Sepanjang waktu sang
penguasa berada dalam kegelapan. Orang-orang sperti ini harus dihukum
tapi sayangnya mereka memiliki tempat di hati penguasa. Jika segalanya
terus seperti ini maka Negara akan hancur.
Dalam cerita ini kuil adalah sebuah Negara sedangkan tikus adalah pra
pejabat atau pegawai negeri yang seolah-olah setia kepada Negara dengan
bekerja bersungguh-sungguh tetapi dibalik itu mereka menggerogoti
keuangan Negara dengan melakukan pemerasan, penggelapan, kecurangan,
penggelembungan harga, dan perbuatan-perbuatan kotor lainnya.
Hadirin yang berbahagia
Korupsi menjadi penyakit yang menjadi begitu sedemikian akutnya hingga
sulit untuk disembuhkan. Mengapa korupsi masih saja berlangsung?
Sedikitnya ada tujuh alasan diantaranya 1) kemiskinan yang seolah-olah
membuat manusia menempuh jalan pintas untuk memenuhi kebutuhannya. 2)
kekuasaan yang berlebihan atau yang berasal dari keserakahan. 3) budaya,
seseorang pernah meneliti bahwa masyarakat indonesi adalah masyarakat
keluarga besar, yakni sebuah masyarakat yang mempunyai nilai bahwa
kesuksesan seorang anggota keluarga harus pula dinikmati oleh seluruh
anggota besar. 4) ketidaktahuan bahwa tindakan yang dilakukan adalahh
korupsi. 5) rendahnya kualitas moral masyarakat, gaji rendah sering
dijadikan alasan untuk mencari tambahan penghasilan meskipun dengan
cara-cara yang tidak benar. 6) lemahnya kelembagaan politik suatu
Negara, baik menyangkut system hukumnya, birokrasi, maupun system
interaksi antar lembaga yang cenderung melahirkan perilaku dan budaya
korup. 7) korupsi terjadi karena merupakan penyakit bersama. Seperti
dikatakan oleh Kimpberly Ann Elliot bahwa korupsi menjadi gejala baru
dalam globalisasi. Dalam dunia yang serba terkoneksi maka penyakit
korupsi dengan cepat menular dari satu kawasan ke kawasan lainnya.
Hadirin yang berbahagia
Mengetahui apa dan bagaimana korupsi serta bahaya yang ditimbulkannya
maka saatnya kita berkata tidak pada korupsi. Saatnya menggalakan
aktivitas antikorupsi atau bahkan pendidikan antikorupsi. Pendidikan
antikorupsi dapat dipahami sebagai usaha sadar dan terstruktur yang
diberikan pada siswa berupa pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan
keterampilan yang dibutuhkan agar mereka mau dan mampu mencegah dan
menghilangkan peluang, tetapi juga siswa sanggup menolak segala pengaruh
yang mengaruh pada perilaku koruptif.
Singkatnya pendidikan antikorupsi ditujukan agar siswa dapat menghalau
setiap tindakan yang mengarah pada perilaku koruptif, salah satunya
dengan menanamkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, keberanian,
keadilan, keterbukaan, kedisiplinan, kesederhanaan, kerja keras dan
kepedulian.
Pendidikan antikorupsi memiliki tujuan tertentu diantaranya adalah: 1)
pembentukan dan pemahaman mengenai berbagai bentuk korupsi dan
aspek-aspeknya; 2) perubahan dan sikap terhadap korupsi, 3) pembentukan
keterampilan dan kecakapan yang dibutuhkan dalam melawan perilaku
korupsi.
Hadirin yang berbahagia
Pendidikan antikorupsi sangat mendesak untuk diupayakan tentunya dengan
melihat keadaan bangsa ini yang sulit melepaskan diri dari jerat
perilaku bobrok ini. Saatnya mengembalikan keberhargaan manusia untuk
tidak tertipu oleh kesenangan duniawi dan jerat ‘indahnya’ materi. Kita
sebagai manusia saatnya berusaha menjadi sebnar-benarnya manusia untuk
tidak menggadaikan kualitas pribadi dengan materi.
Baiklah barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan. Akhir kata
semoga kita dapat menjadi manusia yang kejujurannya tidak dapat
tergadaikan oleh perhiasan duniawi. Tentunya kita mengharapkan bahwa
kejujuran yang ita perjuangkan dapat mengantarkan kita ke surga. Kurang
dan lebihnya mohon dapat dimaklumi dan dimaafkan. Billahi Taufik Wal
Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.